Membeda-bedakan siswa ketika proses pembelajaran di kelas rupanya sering terjadi. Bukan lagi sebuah hal yang tersembunyi, melainkan menjadi PR utama bagi guru untuk bersikap lebih baik lagi. Bagaimanapun juga guru sebenarnya juga perlu membeda-bedakan siswa, namun lebih tepatnya ke arah yang positif.
Guru memang membutuhkan langkah untuk menilai siswa. Salah satunya yaitu dengan membedakannya sesuai dengan potensi akademik dan non akademik yang mereka miliki. Sehingga inilah salah satu sudut pandang positif mengenai manfaat membeda bedakan siswa, yaitu untuk mempermudah dalam proses penilaian.
Namun ada juga dampak psikologis anak yang terjadi akibat menonjolnya sikap membeda-bedakan siswa berikut ini.
Dampak Psikologis Anak Akibat Membeda-bedakan di Kelas
Minder
Ketika guru cenderung fokus pada sekelompok anak, maka kelompok yang lain tentu saja akan minder. Mereka akan merasa tidak terperhatikan, sehingga akhirnya mereka tidak bisa berbaur dengan temannya yang lain.
Menutup Diri
Posisi sebagai seorang siswa yang memang dianggap kurang mampu atau tidak mampu akan cenderung menutup diri. Bahkan mereka akan susah untuk bersosialisasi. Tak jarang anak yang menutup diri akan terlihat murung sepanjang hari, bahkan selama merasa dirinya tidak diperhatikan oleh seorang guru.
Cuek
Dampak buruk dari membeda bedakan siswa selanjutnya ialah mereka akan menjadi anak yang cuek. Dalam arti mereka cenderung tidak peka dengan lingkungan sekitar. Anak yang cuek nantinya akan lebih susah untuk mendapatkan teman, bahkan tak jarang mereka akan memiliki dunia sendiri.
Merasa Tidak Mampu
Anak yang merasa bahwa dirinya berbeda dengan temannya, maka dia akan dengan mudah menyatakan diri untuk tidak mampu dalam mengerjakan sesuatu. Mereka cenderung akan menyerah ketika diberi tugas atau sebuah tantangan. Inilah nantinya yang akan menjadi sugesti bagi diri mereka sendiri, dan akhirnya akan benar-benar tidak mampu.
Semakin Menyepelekan Kewajiban
Sebagai seorang siswa tentunya memiliki kewajiban untuk menyelesaikan tugas belajarnya selama kegiatan belajar mengajar. Namun bagi siswa yang merasa tidak mampu, maka setiap hari dia akan semakin menyepelekan kewajibannya tersebut. Hal ini karena mereka sering merasa bahwa usahanya sia-sia dan berujung mendapat nilai jelek. Jangankan pujian, sudah mengerjakan-pun akan merasa bahwa apa yang dikerjakan tidak berguna malah menimbulkan kemarahan guru.
Pentingnya adil ketika mengajar tentu wajib untuk guru ingat. Bagaimanapun juga, bersikap adil sebenarnya tidak semuanya rata, melainkan harus ada sebuah pembedaan sesuai dengan porsinya. Namun, guru juga wajib untuk memberi sebuah reward akan apa yang dikerjakan siswa, meski hanya berupa sebuah pujian.